Ketika Izroil Menjemput!

Jumat, 26 November 2010
Teman....
Ada apa dengan kematian atau 'tamat riwayat hidup'?
Mengapa begitu menyeramkan dikala mendengarnya (bagiku, pada awalnya dulu...hehehe) -sambil membayangkan malaikat Izroil sedang melaksanakan tugasnya-

Kabar tentang kematian mendadak pada beberapa orang beberapa kali kudengar. Mungkin tidak pula bisa dikatakan mendadak sama sekali, mungkin juga sudah ada tanda-tanda sebelumnya namun tidak disadari oleh diri orang tersebut ataupun orang-orang di sekitarnya. Baru-baru ini yang sering diberitakan adalah kematian Bu Ida Kusumah, salah seorang pemain film senior Indonesia. Beliau diberitakan meninggal disaat/setelah syuting film.

Kondisi/posisi terakhir orang-orang yang meninggal itu ternyata cukup beragam. Ada yang sedang tidur, duduk di kursi, saat sedang memberikan pengajaran, dan adapula yang sedang sujud dalam sholatnya. "Wah! sungguh beruntung orang-orang yang sedang beribadah atau sedang melakukan perbuatan baik ketika nyawanya dicabut oleh malaikat Izroil/husnul khotimah." Bagaimana dengan orang-orang yang mendadak meninggal disaat sedang melakukan perbuatan maksiat/su'ul khotimah? "Wah! sebuah akhir hidup yang sangat memilukan dan menghinakan." 

Penyakit!... ya, keberadaan penyakit seringkali menjadi awal atau pendahulu kematian bagi banyak orang.
Biasanya bila ada orang yang meninggal, maka komentar kita adalah, "Apa penyebab kematiannya? Apakah  karena sakit? Sakit apa?"
"Tuh kan!... yang ditanya adalah penyebab kematiannya" -istilah 'penyebab' di sini rasanya kurang cocok sih bagiku-.

"Hmmm!" Bagi aku yang sedang menderita sakit seperti ini, tentu saja pernah bahkan sering terpikir tentang kematian. Menurut artikel kesehatan di internet, perkiraan usia penderita kanker biasanya 5 tahun dari setelah ia dikatakan sebagai penderita -mungkin perkiraan usia ini apabila penderita tersebut tidak berobat serius- Namun demikian, tetap banyak pula pasien yang berhasil sembuh dan dapat menikmati hidup lebih lama dari 5 tahun....:)

Seiring waktu berjalan, pikiran tentang datangnya kematian yang akan menjemputku semakin berkurang. Lama-kelamaan aku mulai berusaha untuk tawakal dan mengikhlaskan kapanpun itu terjadi pada diriku.

Kanker serviks merupakan kanker nomor dua yang paling sering menyerang perempuan di seluruh dunia. Dan juga merupakan kanker kedua yang paling sering menyebabkan kematian. Di Indonesia sendiri, diperkirakan setiap harinya terjadi 41 kasus baru kanker serviks dan 20 perempuan meninggal dunia karena penyakit tersebut.  (http://id.shvoong.com/medicine-and-health/1768033-saatnya-mencegah-kanker-serviks/)

Aku berharap banyak pasien penyakit kanker maupun penyakit berbahaya lainnya dapat diselamatkan hingga perkiraan usia hidupnya menjadi bertambah. Oh ya, baru-baru ini ada seseorang yang kukenal telah menghembuskan nafas terakhirnya. Ia menderita penyakit yang sama denganku. Sewaktu awal memeriksakan diri ke dokter, kondisinya sudah pada stadium 4 atau stadium akhir, hingga dokter tak bisa berbuat maksimal untuk menolongnya. Dokter mengatakan bahwa tindakan operasi pengangkatan penyakit tersebut sudah percuma dilakukan karena sudah sangat terlambat, jadi kalau tidak salah ia hanya menjalani kemoterapi. Tidak berapa lama -sepertinya beberapa bulan- akhirnya ajalnya sampai juga. Ia sempat berkata pada keluarganya, ia berharap agar tidak ada lagi di antara mereka yang terkena penyakit tersebut selain dirinya. Menurutnya, rasa sakit yang dirasanya itu sangat menyakitkan. "Sakiiiiiiiiiit!" katanya lagi.

Memang benar, bila ia bisa menjadi begitu kesakitan. Aku pernah merasakan hal itu walaupun mungkin kadarnya tidak sama. Pada suatu hari, aku merasakan  perih dan sakit yang menusuk di bagian perut dan pinggangku. Aku seringkali merintih menahan rasa sakit tersebut. Kulakukan sholat dengan posisi duduk karena tak mampu berdiri dan melakukan gerakan-gerakan lainnya. Berjalanpun kulakukan dengan tertatih-tatih, dan rasa sakitnya semakin menjadi-jadi. Tanganku selalu memegang bagian kanan perutku seperti ingin mengurangi rasa sakit tersebut  hingga akhirnya aku sudah tak mampu lagi berjalan. Beruntunglah aku memiliki suami yang sangat pengertian dan mau menjaga dan merawatku di segala kondisi. Ialah yang memapahku kala ingin pindah dari suatu ruangan ke ruangan lainnya di rumahku. Hari itu aku sempat berpikir bahwa aku sudah tidak akan mampu lagi untuk berjalan tanpa bantuan, berarti tempat tidur akan menjadi tempat setiaku selanjutnya.

Alhamdulillah, berkah anugrah besar dari Allah, apa yang sempat kupikirkan sebelumnya tidaklah terjadi. Malam harinya, masih pada hari yang sama Ia menghilangkan rasa sakit yang sangat menusuk itu hingga aku langsung dapat kembali berjalan tanpa bantuan. "Sungguh ajaib!" Tapi  itu semua bukan didapat begitu saja, hal itu terjadi setelah aku melakukan pengobatan di malam itu juga. Allah sungguh melihat usaha manusia, Ia yang menentukan hasilnya. "Allahu Akbar!"

"Ya Allah, ampunilah segala kesalahan/dosa-dosaku selama ini. Mohon jadikanlah sisa usiaku ini sebagai usia yang "bernilai", bermanfaat bagiku, bagi keluarga dan orang banyak. Aku mohon ya, Allah"

"Kullu nafsin dzaikatul maut, setiap yang bernyawa pasti akan mati"

Sedikit dulu ya tulisannya...

Salam....

0 komentar:

Posting Komentar